Rabu, 30 Maret 2011

Puasa adat jawa dalam Perspektif Islam

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Tujuan Allah menciptakan manusia adalah tidak lain untuk beribadah. Allah menugaskan para rasul untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia bahkan golongan jin. Di dalam wahyu-Nya tersebut terdapat perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk berbagai bentuk ibadah. Dalam islam ibadah puasa merupakan rukun islam yang ke-empat. Puasa merupakan perintah Allah kepada umat islam dan merupakan salah satu dari berbagai bentuk ibadah kepada-Nya.
Puasa bukan hanya ada dalam islam, di luar islam pun ada ibadah puasa yang merupakan suatu amalan yang diperintahkan kepada penganutnya.
Puasa dalam islam tentunya berbeda dengan puasa di luar islam. Puasa di luar islam terkadang berkesan penuh resiko bagi yang melakukannya.
Puasa atau shaum adalah menahan diri dari segala yang membatalkan dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Hal yang membatalkan puasa adalah makan minum, bersetubuh, dan sebagainya.
Ibadah puasa mengandung hikmah sebagai berikut :
1. Sebagai rasa syukur
2. Sebagai latihan kepercayaan
3. Sebagai latihan belas kasih kepada faqir miskin
4. Sebagai upaya kesehatan


Jenis-jenis puasa islam
Menurut kitab fiqih karya sulaiman Rasjid, puasa dalam islam yaitu puasa wajib, puasa sunnah, puasa makruh, puasa haram.
1. Puasa wajib
 adalah puasa yang diwajibkan mengerjakannya. Misalnya, puasa ramadhan, puasa kaffarat, puasa nadzar.
2. Puasa sunnah
adalah puasa yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Misalnya, puasa senin kamis, puasa asy-syura, dan sebagainya.
3. Puasa makruh
adalah puasa yang dianjurkan untuk tidak mengerjakannya. Misalnya, puasa yang dilakukan pada ibu hamil, puasanya orang sakit.
4. Puasa haram
adalah puasa yang diwajibkan untuk meninggalkannya/tidak mengerjakannya. Misalnya, puasa pada hari raya, puasa hari tasyrik, puasa hari jumat, puasa terus menerus tanpa berbuka.




   Beberapa puasa adat jawa
Sering terdengar bahwa masyarakat di Indonesia melakukan puasa-puasa tertentu, terutama di dalam masyarakat jawa. Puasa yang dimaksud tadi tidak dijelaskan dalam kitab fiqih sehingga menimbulkan kontroversi apakah termasuk puasa islam atau di luar islam. Bahkan, ada sebagian umat islam yang menyatakan secara tegas bahwa puasa tersebut produk di luar islam. Tetapi ironisnya yang mengerjakan puasa tersebut juga adalah orang islam.
Puasa-puasa  adat tersebut diantaranya:
1. Puasa hari lahir
adalah puasa yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang. Puasanya yaitu sebagaimana puasa pada umumnya menahan dari yang membatalkan semenjak terbit fajar hingga terbenam matahari.
2. Puasa ngasrep
adalah puasa yang dilakukan dikarenakan mempunyai suatu hajat. Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang tidak ada rasa manis, asem, asin, pedas.
3. Puasa mutih
adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai suatu hajat asmara . Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang serba putih dan tanpa rasa.
4. Puasa nggantung
adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai suatu hajat keduniawian. Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang serba menggantung. Misalnya; pisang, apel, jeruk, padi, dan sebagainya.
5. Puasa mendem
adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai suatu hajat keilmuan. Yang menjadi ciri puasa ini yaitu ketika berbuka puasa dengan memakan makanan yang serba terpendam. Misalnya; ubi, singkong, kacang tanah, dan sebagainya.
6. Puasa penuh resiko
adalah puasa yang dilakukan karena mempunyai suatu hajat. Misalnya; puasa patigeni (puasa elama tiga hari dan malam hari terakhir tidak memejamkan mata), puasa ngebleng (puasa sambil mengubur badan ke dalam tanah), puasa sambil berendam di sungai selama beberapa hari, dan sebagainya.


Puasa adat jawa menurut islam
Islam adalah agama yang universal, artinya agama islam dapat dianut oleh semua manusia tanpa mengenal warna kulit, ras, suku bangsa. Oleh karena para penganut islam terdiri dari suku yang berbeda sehingga dalam penetapan hokum-hukum (istinbat fiqh) pun tentunya disesuaikan dengan adat daerah tersebut. Dalam syariat islam terkandung suatu tujuan (maqashid al-Syar’i) yang merupakan hal yang paling urgen di dalam menetapkan suatu hokum. Maqashi al-syar’I adalah kemaslahatan manusia, jasmani rohani, masyarakat, Negara dan agama. Mengenai puasa adapt jawa yang telah dikemukakan di atas, umat islam di Indonesia berbeda-beda pandangan. Ada yang mengatakan boleh dilakukan namnun ada juga yang melarang dengan tegas. Larangan tersebut dikarenakan suatualasan ahwa puasa tersebut tidak ada dalam jenis puasa islam sesuai yang termaktub di buku-buku fiqh. Jadi, puasa adat jawa masih dalam kontroversi bagi muslim di Indonesia.
Namun, perlu kita ketahui bahwa jenis puasa yang dipaparkan dalam buku fiqh tersebut hanya sebatas pada puasa wajib, puasa sunnah, puasa makruh dan puasa haram. Adakah puasa mubah ? Mengapa tidak dipaparkan puasa yang hukumnya mubah ? Oleh karena, hukum dalam islam itu ada lima ; wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah.
Dengan demikian, menurut islam puasa adat jawa tersebut dapat digolongkan ke dalam puasa mubah yaitu puasa hari lahir, puasa ngasrep, puasa mutih, puasa nggantung, puasa mendem. Puasa-puasa tersebut boleh dilakukan umat islam dikarenakan memang sesuai dengan tujuan syariat (maqashid al-syar’i). Puasa tersebut tentunya tidak menyebakan kemudharatan baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan puasa adat jawa (puasa penuh resiko), menurut islam dapat digolongkan ke dalam puasa haram dikarenakan bertentangan dengan tujuan syariat, yaitu tercapainya kemaslahatan.


Kesimpulan
Puasa adat jawa dapat digolongkan menjadi dua; pertama, puasa mubah adalah puasa yang sesuai dengan maqashid al-syar’i. Misalnya; puasa ngasrep, puasa hari lahir, puasa mutih, puasa nggantung, puasa mendem dan sebagainya. Kedua, puasa haram adalah puasa yang bertentangan dengan tujuan syariat (maqashia al-syar’i). Puasa jenis ini adalah puasa penuh beresiko tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates